Dijadikan Indah pada pandangan manusia kecintaan apa-apa diinginkan, yaitu wanita-wanita itulah kesenangan hidup di dunia dan disisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga) --> Qs. Ali Imran (3:14)
Dan disinilah sekarang.
Di tepi jurang kehancuran yang lagi lagi diciptakan sendiri, dengan kesadaran dan kepatuhan sepenuh penuhnya layaknya hamba menyembah pada tuhannya.
Ya, nafsu-lah Tuhan-nya detik ini, detik tadi, dan mungkin detik nanti.
Laik ingatan yang hilang.
Hilang pula syukurnya pada sang Rabb atas pemberian tubuh yang utuh, digunakan untuk hal jenak yang lekang waktu, lekang rasa.
Rela dimadu hati jiwa dan pikiran demi seonggok kenikmatan palsu sesaat.
Kalah. Menyerah. Lemah. Meninggalkan resah.
Tak guna kini semua keluhan itu, perempuan.
Ini kemauanmu, bukan seorang lain di belakangmu, bukan jiwa lain di relungmu.
Ini maumu. Sendiri.
Telinga itu tak kau gunakan mendengar. Layakkah laki laki itu kau pertaruhkan sehebat ini. Tak ada yang bisa menjamin. Pun dirimu. Pun dirinya.
Cinta? Hah, dongeng di cerita klasik masa lampau. Tak ada cinta saat ini. Hanya ada ketergantungan semu. Seperti nikotin, seperti morfin.
Merasuk meracuni tubuhmu hingga saat kau sadar kau sudah tak mampu berbuat apa apa.
Hanya menunggu kematian hak atas jasadmu, jiwamu, bahkan kehendakmu.
Semua akan menjadi keinginannya. Kemauannya. Sesederhana itu.
Menyadari namun menjalani. Ya seperti itulah saat ini. Sadar berbuat salah. Dan sepenuh itu pula sadar terus diperbuat.
Wahai jiwa dan tubuh yang hina. Tetaplah bersemayam. Agar tetap ada penyeimbang dari jiwa dan tubuh yang suci.
Seperti dalam mimpi. Hari ini, malam tadi, dan malam nanti. Mati.
0 comments:
Post a Comment